Selasa, 17 September 2013

Lp Kolik

LAPORAN PENDAHULUAN KOLIK URETER A. Defenisi PengertianKolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis renalatau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan, hiperperitalsis, dan spasme otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi obstruksi. Istilahkolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul (intermittent ) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank areayaitu daerah sudut kostovertebra kemudiandapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyerimuncul tiba-tiba dan bisa sangat berat sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yangdirasakan manusia seumur hidup. Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria, dandemam, bila disertai infeksi Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun kesaluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karenaadanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yangterbentu di dalam divertikel uretra.Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batuslauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69) B. ETIOLOGI Etiologi paling umum adalah melintasnya batu ginjal. Bertambah parahnya nyeri bergantung pada derajat dan tempat terjadinya obstruksi; bukan pada keras, ukuran, atau sifat abrasi batu ginjal. Bekuan darah atau fragmen jaringan juga dapat menyebabkan hal yang sama. Kolik karena bekuan darah sering ditemui pada penyakit gangguan pembekuan darah herediter atau didapat, trauma, neoplasma dari ginjal dan traktus urinarius, perdarahan setelah biopsi renal perkutan, kista renal, malformasi vaskular renal, nekrosis papilar, tuberkulosis, dan infark pada ginjal. Kolik sesungguhnya terjadi karena refluks vesikoureteral. Batu ginjal yang bergerak sepanjang ureter dan hanya menyebabkan obstruksi intermiten sebenarnya menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat daripada batu yang tidak bergerak. Suatu obstruksi konstan akan memicu berbagai mekanisme autoregulasi dan refleks yang akan membantu meredakan nyeri. Dua puluh empat jam setelah obstruksi ureteral total, tekanan hidrostatik akan menurun karena (1) penurunan peristalsis ureteral, (2) penurunan aliran darah arteri renal, yang menyebabkan penurunan produksi urin, dan (3) edema interstitial yang menyebabkan peningkatan lymphatic drainage. Faktor-faktor ini menyebabkan kolik renal yang berintensitas tinggi berdurasi kurang dari 24 jam. Kalau obstruksi bersifat parsial, perubahan-perubahan yang sama terjadi, namun pada derajat yang lebih ringan dan waktu yang lebih lama. Serabut saraf nyeri pada renal umumnya saraf simpatis preganglion yang mencapai korda spinal T-11 sampai L-2 melalui dorsal nerve roots. Transmisi sinyal nyeri terjadi melalui traktus spinotalamikus asenden. Pada ureter bagian bawah, sinyal nyeri juga didistribusikan melalui saraf genitofemoral dan n. ilioinguinal. N. erigentes, yang mempersarafi ureter intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab untuk beberapa gejala kandung kemih . • Ureter bagian atas dan pelvis renal: Nyeri dari batu ureter bagian atas condong untuk menjalar ke area pinggang dan area lumbar. Di sisi kanan, hal ini bisa disalahartikan dengan kolelitiasis atau kolesistisis. Di sisi kiri, diagnosis banding meliputi pankreatitis akut, ulkus peptikum dan gastritis. • Ureter bagian tengah: Nyeri pada daerah ini menjalar ke bagian kaudoanterior. Nyeri ini bisa menyerupai apendisitis jika berada di kanan ataupun divertikulitis akut pada sisi kiri. • Ureter distal: Nyeri pada daerah ini menjalar ke lipat paha, testikel pada pria maupun labia mayor pada wanita karena nyeri ini dialihkan melalui n. ilioinguinal atau n. genitofemoral. Jika batu berada di ureter intramural, gejala yang muncul mirip dengan sistitis atau uretritis. Gejala ini meliputi nyeri suprapubis, urgensi, disuria, nyeri pada ujung penis, dan terkadang berbagai gejala GI seperti diare dan tenesmus. Gejala ini bisa disalahartikan dengan penyakit inflamasi pelvis, ruptur kista ovarium. Kebanyakan reseptor nyeri di traktus urinarius atas yang bertanggung jawab atas persepsi kolik renal berada di submukosa dari pelvis renal, kalix dan ureter bagian atas. Di ureter, peningkatan peristaltik proksimal melalui aktivasi intrinsic ureteral pacemakers berperan penting pada persepsi nyeri. Spasme otot, peningkatan peristaltik proksimal, inflamasi lokal, iritasi, dan edema di tempat obstruksi berperan terhadap perkembangan nyeri melalui aktivasi kemoreseptor dan peregangan ujung saraf bebas submukosa. Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik renal akut dan terjadi setidaknya pada 50% pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan yang umum dari pelvis renal, lambung, usus melalui serabut saraf aferen vagal dan sumbu celiac. Hal ini sering diperkuat lagi melalui efek analgesik narkotik yang menginduksi mual dan muntah melalui efek langsung terhadap motilitas GI dan efek tidak langsung pada chemoreceptor trigger zone (CTZ) di medulla oblongata. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seringkali dapat menyebabkan iritasi lambung dan masalah GI. Kolik biasanya mengikuti pola yang khas yang mudah untuk dikenali, tetapi bentuk yang atipikal dapat menimbulkan kesulitan diagnostik. C. Patofisiologi Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal) D. Maanifestasi klinis Bisa tanpa keluhan sama sekali. Nyeri kolik, yang terasa di satu sisi pinggang atau perut, dapat menjalar ke alat kelamin (buah pelir, penis, vulva), muncul mendadak, hilang timbul, dan intensitasnya kuat. Nyeri ginjal (renal colic), yang terasa di pinggang, tidak menjalar, terjadi akibat regangan kapsul ginjal, sering berhubungan dengan mual dan muntah. Nyeri kandung kemih (buli-buli), terasa di bawah pusat. Urgensi, yaitu rasa ingin kencing sehingga terasa sakit. Disuria, yaitu rasa nyeri saat kencing atau sulit kencing. Polakisuria, yaitu frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya. Hematuria, yaitu terdapat darah atau sel darah merah (eritrosit) di air seni. Anuria yaitu jika produksi air seni < 200 cc/hari. Oliguria yaitu jika jika produksi air seni < 600 cc/hari. Selain itu gambaran klinisnya, yaitu: • Nyeri yang bermula di daerah pinggang dan dapat menjalar ke seluruh perut, inguinal,testis. Labium • Tampak gelisah • Selalu ingin berganti posisi untuk memperoleh posisi yang tidak nyeriPEMERIKSAAN FISIK • Tekanan darah meningkat pada pasien normotensi • Denyut nadi meningkat karena gelisah • Pernafasan cepat & grunting terutama saat puncak nyeri • Demam • infeksi/urosepsis ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah: 1. Aktivitas/istirahat: Gejala: - Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk - Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi - Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama) 2. Sirkulasi Tanda: - Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal) - Kulit hangat dan kemerahan atau pucat 3. Eliminasi Gejala: - Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya - Penrunan volume urine - Rasa terbakar, dorongan berkemih - Diare Tanda: - Oliguria, hematuria, piouria - Perubahan pola berkemih 4. Makanan dan cairan: Gejala: - Mual/muntah, nyeri tekan abdomen - Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat - Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup Tanda: - Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus - Muntah 5. Nyeri dan kenyamanan: Gejala: - Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan) Tanda: - Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi - Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit 6. Keamanan: Gejala: - Penggunaan alkohol - Demam/menggigil 7. Penyuluhan/pembelajaran: Gejala: - Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis - Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme - Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin. 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler. b. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal danureter, obstruksi mekanik dan peradangan. c. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi. d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada. 3. INTERVENSI KEPERAWATAN a. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL 1. Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar. 2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi. 3. Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang) 4. Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik. 5. Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung. 6. Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen. 7. Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi: - Analgetik - Antispasmodik - Kortikosteroid 8. Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan. Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas. Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot. Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot. Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya. Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut. Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental. Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri. Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu. Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi. b. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL 1. Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu. 2. Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi. 3. Dorong peningkatan asupan cairan. 4. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran. 5. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin) 6. Berikan obat sesuai indikasi: - Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim) - Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton) - Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika) - Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim) - Antibiotika - Natrium bikarbonat - Asam askorbat 7. Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi). 8. Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi. 9. Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal. Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu. Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP. Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam. Mencegah stasis urine ddan menurunkan pembentukan batu kalsium. Menurunkan pembentukan batu fosfat Menurnkan produksi asam urat. Mungkin diperlukan bila ada ISK Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu. Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin. Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine. Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya. Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk mengeluarkan batu. 1. c. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL 1. Awasi asupan dan haluaran 2. Catat insiden dan karakteristik muntah, diare. 3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari. 4. Awasi tanda vital. 5. Timbang berat badan setiap hari. 6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit. 7. Berikan cairan infus sesuai program terapi. 8. Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien. 9. Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/ Campazin). Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal. Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan lambung. Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas batu keluar. Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi. Peningkatan BB yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi. Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi. Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan per oral tidak cukup) Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi. Antiemetik mungkin diperlukan untuk menurunkan mual/muntah. d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL 1. Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari. 2. Kaji ulang program diet sesuai indikasi. - Diet rendah purin - Diet rendah kalsium - Diet rendah oksalat - Diet rendah kalsium/fosfat 3. Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas. 4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria) 5. Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi dan kateter bila ada. Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu. Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe batu yang ditemukan. Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine tergantung penyebab dasar pembentukan batu. Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya pembentukan batu diperlukan untuk memperoleh intervensi yang cepat sebelum timbul komplikasi serius. Meningkatakan kemampuan rawat diri dan kemandirian REFERENSI ..........,2010.Asuhan keperawatan batu ginal. WWW Blogspot.com. di akses 27-01-2013 .........., 2011. Asuhan keperawatan kolik ureter. WWW. Scribd.com/doc. Di akses 27-01-2013 ..........., 2011. Kolik ureter. WWW. Infopenyakitdalam.com di akses 27-01-2013